udaya sebagaimana istilah ini digunakan dalam antropologi, tentunya tidaklah berarti pengembangan dibidang seni dan keanggunan sosial. Budaya lebih diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Suatu budaya misalnya, budaya Jepang mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial, yang merupakan kekhususan kelompok sosial tertentu.
Para pakar antropologi belum tepat sama sekali, atau benar-benar konsisten, dalam memakai konsep yang penting ini. Beberapa upaya untuk memberikan definisi menunjukkan beberapa segi budaya:
Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Tylor 1871)
Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. (Linton 1940)
(Semua) rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun yang implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia. (Kluckhohn dan Kelly 1945)
Keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan dan perilaku yang ditimbulkannya (Kroeber 1948)
Bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. (Herskovits 1955)
Pola, eksplisit dan implisit, tentang dan untuk perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol, yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perujudannya dalam benda-benda budaya. (Kroeber dan Kluckhohn 1952)