Aceh, Minggu pagi, 26 Desember 2004. Secara tak terduga, tiba-tiba, begitu cepat, gempa, dan gelombang tsunami data ng melanda. Semua luluh lantak. Semua terpana. Benar-benar mengerikan: 150 ribu orang tewas dalam sekejab, ribuan lainnya hilang, dan Aceh jadi lautan sampah reruntuhan. Aceh tersayat. Aceh terluka. Aceh merana. Duka Aceh, duka kita bersama, duka Indonesia. Bahkan semua bangsa jatuh iba. Bantuan kemanusiaan pun mengalir dari mana-mana, setiap saat, setiap hari.
Proses semua itu, melalui liputan jurnalistik, ditayangkan dalam bentuk berita dan feature di mediarat kabar, merambah masa. Suka atau tidak suka, berita dan feature telah menjadi saksi peristiwa yang paling setia. Ia selalu bersama kita, berada di sekeliling kita. Ia muncul dalam surat kabar, merambah ke halaman-halaman tabloid, dan dicetak aneka warna dalam berbagai majalah. Ia menyelinap leswat gelombang radio, di gunung dan di lembah, di laut dan di sungai. Ia selalu hadir dalam layar kaca televisi rumah kita.
Inilah buku seri jurnalistik dengan fokus bahasan tentang penulisan berita dan feature yang diterbitkan khusus untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan mahasiswa jurnalistik, kehumasan, penyiaran, ilmu komunikasi, dakwah, praktisi, dosen, guru, dan siapa saja yang mebdambakan buku panduan praktis jurnalistik berbobot akademik.