Kehadiran Kecerdasan Artifisial (AI) dalam dunia pendidikan telah membuka babak baru
dalam cara dosen mengajar, belajar, dan menilai. AI kini hadir bukan hanya sebagai alat bantu
teknologi melainkan juga sebagai mitra yang dapat mempercepat proses kerja, memperluas
akses terhadap informasi, serta mempermudah pelaksanaan tugas-tugas akademik. Di
berbagai institusi pendidikan, termasuk dalam konteks pembelajaran di perguruan tinggi,
para pendidik mulai memanfaatkan beragam aplikasi AI—seperti ChatGPT, Gemini, hingga
Research Rabbit—untuk menyusun materi ajar, merancang asesmen, dan mendukung
refleksi kritis mahasiswa.
Namun, kemajuan ini tidak lepas dari tantangan. Muncul kekhawatiran akan ketergantungan
terhadap AI, potensi hilangnya orisinalitas dalam karya mahasiswa, serta tergesernya peran
manusia dalam membentuk nilai, karakter, dan pemikiran kritis. Pengalaman para dosen yang
tertuang dalam buku ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keseimbangan antara
pemanfaatan teknologi dan sentuhan personal dalam proses pembelajaran. AI memang
dapat membantu, tetapi tidak dapat menggantikan fungsi manusia dalam hal kreativitas,
empati, dan penilaian yang kontekstual.
Buku ini ditulis sebagai respons atas kebutuhan untuk memahami secara lebih dalam
bagaimana AI digunakan dalam pendidikan—bukan hanya dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi
etika, pedagogi, dan kebijakan. Pembaca, baik dari kalangan akademisi maupun masyarakat
umum, akan menemukan beragam contoh nyata penerapan AI di ruang kelas, refleksi kritis
para pendidik, serta gagasan tentang bagaimana AI dapat dimanfaatkan secara bijak dan
bertanggung jawab.
Kami berharap buku ini dapat menjadi panduan praktis sekaligus inspirasi dalam menjawab
berbagai pertanyaan penting tentang masa depan pendidikan di era AI. Pada akhirnya,
teknologi hanyalah alat—yang menentukan arah dan nilainya adalah bagaimana kita, sebagai
manusia, memilih untuk menggunakannya.