Pengantar Studi Islam

Enok Risdayah, Asep Iwan Setiawan, Rohmanur Aziz

Informasi Dasar

22.01.266
297
Buku - Circulation (Dapat Dipinjam)
6a

Belajar tentang suatu agama adalah usaha mengenal lebih mendalam renik-renik atas agama tersebut. Bakda pengenalan, pembelajar disorongkan pada tahapan memahami. Oleh buku ini, tujuan studi mengenai Islam sebagai agama alias Studi Islam, terbabarkan menjadi dua kelompok. Pertama, internal: sebagai upaya normatif meningkatkan pengetahuan agama serta menebalkan iman. Kedua, eksternal (orientalis): lebih menujukan amatan kritis. Kritis bisa bermakna positif dengan memperkaya khazanah keilmuan; pun sebaliknya, menjadi duri dalam daging.

Buku ini cukup meyakinkan pembaca, mengapa Islam perlu dipelajari. Mempelajari tidak dalam artian mendaras kitab suci sebagai bagian praktik langsung. Melainkan upaya pemetaan (mapping) sekaligus penjabaran pemahaman atas Islam sebagai konsepsi institusi sakral. Dengan kata lain, Studi Islam merupakan usaha sistematis untuk mengetahui, memahami, serta membahas mendalam seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam; baik ajaran, sejarah, hingga praktik pelaksanaan kehidupan sehari-hari (halaman: 7).

“Islam sehari-hari” bisa dipandang sebagai perluasan oleh tiga penulis buku ini kala memandang Islam tidak sekadar pengetahuan atau studi an sich. Perluasan definisi atas Studi Islam tersebut cukup menarik. Lantaran selama ini Studi Islam hanya erat dengan urusan akidah maupun syariat (fikih); bersifat teoritis. Padahal, perlu keseimbangan beserta praktik atau ranah praksis; menjadikan Studi Islam terasa bernyawa dan membumi. Sehingga tujuan besar yakni, keberagamaan ideal bisa terwujud; meski hal ini kita tahu bersama merupakan proses tiada akhir.

Adanya jarak (gap) yang boleh jadi lebar, dan kadang menyempit berkait mewujudkan keberagamaan ideal, medan Studi Islam pada buku ini memberi ikhtisar penting untuk cermat membedakan antara Islam sebagai sebuah agama dan personal (muslim) sebagai pemeluk. Hal ini bisa diformulasikan dengan Islam sebagai agama sempurna (ad-din al-kamil). Sementara personal pemeluknya merupakan manusia serba kurang, khilaf, dan keliru (al-khatha’). Bila memahami paradigma ini, menjadi tidak tepat bila seorang muslim berbuat teror lantas menyalahkan institusi agamanya.

Studi Islam sebagai sebuah teori sememangnya mendapat porsi cukup banyak. Mengingat ada kecenderungan asumsi bahwa beragama diukur seberapa banyak seseorang melakukan aktivitas kesalehan. Bila hal ini terus-menerus menjadi pakem di tengah masyarakat, bakal membawa konsekuensi rapuhnya literasi keislaman oleh orang Islam sendiri. Berislam mestinya terdapat keselarasan antara ilmu dan ibadah. Seorang muslim perlu secara serius mengkaji apa yang menjadi literasi agamanya. Sejarah menunjukkan, Islam tersebar luas lantaran disokong ulama (cendekiawan-ilmuwan muslim) yang bertungkus lumus mengkaji teks-teks keislaman; tidak cuma merapal kitab suci (mengaji).

Lebih luas lagi, belajar Studi Islam bakal membawa persinggungan lintas iman. Islam amat berkait dengan agama-agama lain (samawi). Persinggungan ini bila tidak sikapi dengan nalar keterbukaan, berkonsekuensi pada fanatisme yang salah arah serta nirrespek terhadap liyan. Karena itu, Studi Islam kontemporer perlu meluaskan tindakan lanjutan berupa dialog kepada liyan; kepada yang berbeda iman untuk merajut narasi kesepahaman (kalimatun sawa’) dalam kerja-kerja kemanusiaan.

Garapan berupa dialog antarpemeluk agama belum masuk dalam wacana Studi Islam mutakhir. Padahal, hal ini terbilang mendesak mengingat kecenderungan masyarakat yang gampang tersulut provokasi berbalut agama. Pun, untuk kalangan internal muslim sendiri, Studi Islam mestinya membawa sikap kedewasaan beragama. Mengapa? Lantaran di dalamnya, diperkenalkan pemetaan terhadap aneka mazhab, sekte, dan aliran dalam tubuh agama Islam. Dengan memahami terhadap kekayaan khazanah tersebut, diharap muncul keluasan pandangan terhadap ragam perbedaan. Sehingga narasi saling membidahkan-menyesatkan antarumat Islam, bisa dikikis.

Meski buku ini tampak dikhususkan untuk kalangan mahasiswa perguruan tinggi Islam sebagai buku rujukan mata kuliah Studi Islam, buku Pengantar Studi Islam ini juga tetap terasa penting dialamatkan untuk khalayak awam. Bagian cukup penting buku ini mengudar bahwa Studi Islam bisa didekati dengan Fenomologi. Artinya, analisis terhadap Islam bukan didasarkan nilai-nilai yang tertuang dalam teks yang bersifat normatif. Melainkan bagaimana agama terbesar kedua di dunia ini diamalkan oleh pemeluknya (halaman: 115).

Karena itu, rampung membaca buku ini, pembaca bakal mafhum atas banyaknya fenomena kontraproduktif di mana tingkat kesalehan/keberagamaan kerap tak sejalan dengan implementasi di kehidupan sehari-hari. Semisal di negara yang dikenal amat religius, justru tingkat korupsi dan tindak kriminalitasnya sangat tinggi. Sedangkan di negara yang sekuler dan cenderung atheis, malahan ajaran-ajaran agama macam transparansi dan menjaga kebersihan, dijunjung tinggi.

Pun, membabar untuk bisa membedakan Islam sebagai sebuah agama, islam –dengan huruf “i” kecil– merujuk pada arti luas di mana setiap kaum beragama berpunya benang merah atas sikap kepasrahan dan ketundukan pada sang Ilahi. Dan islami, sebagai keluhuran nilai dan implementasi kebaikan-kebaikan (humanisme). Bila ketiga hal ini ditempatkan dengan tepat, kiranya agama bisa berkontribusi besar dalam upaya perdamaian dunia serta membangun keadaban umat manusia. Wallahu a’lam

Subjek

Islam
 

Katalog

Pengantar Studi Islam
978-602-446-565-0
262p.: ill.; 23 cm
Indonesia

Sirkulasi

Rp. 0
Rp. 1.000
Ya

Pengarang

Enok Risdayah, Asep Iwan Setiawan, Rohmanur Aziz
Perorangan
 
 

Penerbit

Rosda
Bandung
2021

Koleksi

Kompetensi

  • UAJXA2 - AGAMA ISLAM

Download / Flippingbook

 

Ulasan

Belum ada ulasan yang diberikan
anda harus sign-in untuk memberikan ulasan ke katalog ini