Novel ini adalah jenis novel yang dari halaman depan hingga halaman akhir tak pernah berhenti menawarkan tegangan. Dengan cerita yang bikin penasaran dan gaya bahasa yang mengalir secara lincah, novel ini seolah tak memberikan jeda kepada pembaca untuk sekadar berhenti sejenak, melainkan menuntut untuk menuntaskannya hingga akhir. Sebuah cinta yang rumit, tragedi yang traumatik, perjuangan hidup yang tidak mudah, upaya hebat melawan penyakit yang akut, dan benturan-benturan hebat dengan realitas yang pahit, menjadi silang-sengkarut dalam diri Hilda, tokoh utama novel ini, dengan lingkungan pesantren yang adem, orang-orang yang penuh cinta dan kasih, pemahaman agama yang digali dari kitab-kitab kuning, dan ideologi gender.
Banyak pesan yang dapat menginspirasi para pembaca dari seorang gadis korban perkosaan, Hilda, yang menyebabkannya pengidap penyakit mental Rape Trauma Syndrome dan Hypoactive Sexual Desire Disorder. Bagaimana perjuangannya sembuh dari penyakitnya, bagaimana ia hidup dalam kepungan sitgma negatif, bagaimana kecintaannya pada kitab kuning, bagaimana kerasnya menempuh pendidikan tinggi hingga S-2, bagaimana upayanya agar setiap perempuan dimuliakan, dan yang paling berkesan adalah tentang bagaimana cinta yang murni dari seorang lelaki memberikannya spirit yang besar dalam menatap masa depan dapat menjadi asupan inspirasi yang luas dan mendalam bagi pembaca.