Indonesia dihadapkan pada suatu kesempatan emas yang kemungkinan hanya muncul satu kali dalam satu abad untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Indonesia yang berlaku selama periode pertama dalam pemerintahan kepresidenan yang akan datang dengan cara pencapaian rasio 10% pertumbuhan pendapatan nasional, yang sekaligus menciptakan 21 juta pekerjaan berkualitas dan produktif. Kesempatan ini muncul imbas dari negara Cina, sang pengekspor barang padat karya senilai 1.500 miliar dollar Amerika, tengah kehilangan daya saing di pasar global ini yang memungkinkan Indonesia untuk dapat mengambil alih pangsa pasar Cina.
Di Indonesia, surplus sebanyak dua puluh juta pekerja saat ini hanya berkontribusi sedikit terhadap output yang diharapkan. Dengan memindahkan beberapa pekerja tersebut dari sektor informal dan pertanian ke dalam pekerjaan di bidang manufaktur padat karya akan meningkatkan pendapatan nasional, sekaligus mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan dan mencapai surplus neraca perdagangan. Saat ini, Indonesia telah mencapai tingkat pertumbuhan ekspor manufaktur padat karya yang sangat tinggi. Dengan kebijakan yang tepat, Indonesia bisa mendongkrak angka ekspor sebesar 22% setiap tahunnya demi mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi sebanyak 10% dalam lima tahun ke depan.