PP No.13 Tahun 2016 menyatakan pemerintah Indonesia memberikan penugasan kepada Perum Bulog untuk bertanggung jawab dalam ketahanan pangan nasional. Dalam menjalankan tugasnya, Perum Bulog Menetapkan tiga pilar ketahanan pangan, yaitu availability (ketersediaan), accessibility (keterjangkauan), dan stability (stabilitas). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko distribusi beras dan memitigasi risiko prioritas pada distribusi Perum Bulog Subdivre Bandung.
Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) digunakan untuk memetakan aktivitas distribusi perusahaan untuk mempermudah identifikasi risiko yang mungkin terjadi. Kemungkinan risiko yang mungkin terjadi diidentifikasi dengan menggunakan metode Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) dan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) digunakan untuk menilai prioritas alternatif mitigasi dari sumber risiko yang diprioritaskan. Kejadian risiko yang didapat diterjemahkan ke dalam bentuk sistem monitoring.
Hasil dari penelitian ini adalah 19 sumber risiko yang didapatkan dari 12 kejadian risiko distribusi beras pada Perum Bulog Subdivre Bandung. Sumber risiko terpilih untuk setiap atribut ketahanan pangan diberikan alternatif mitigasi dan nilai prioritas. Sumber risiko terpilih pada atribut availability diberikan empat alternatif mitigasi, sumber risiko terpilih pada atribut accessibility diberikan empat alternatif mitigasi, dan sumber risiko terpilih pada atribut stability diberikan tiga alternatif mitigasi. Selain itu, hasil pada penelitian ini adalah rancangan sistem monitoring yang dapat menunjukkan performa perusahaan terhadap ketahanan pangan untuk memudahkan stakeholder mengambil keputusan.
Kata kunci: Ketahanan Pangan, Risiko, SCOR, FMEA, AHP, Sistem Monitoring