PT Konimex adalah salah satu perusahaan yang memproduksi makanan, seperti permen. Proses produksi permen ini dilakukan dengan menggunakan mesin, salah satunya mesin Eurosicma E75 DS (4)/A yang digunakan untuk proses packaging. Berdasarkan data tahun 2017, mesin ini hanya mampu mencapai target availability nya selama satu bulan dan memiliki frekuensi downtime terbesar dibandingkan mesin lainnya, yaitu sebanyak 37 kali kerusakan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk umur mesin yang sudah melampaui batas optimalnya, sehingga menyebabkan perusahaan perlu melakukan kegiatan maintenance untuk mengembalikan kinerja mesin yang maksimal. Dalam melakukan kegiatan maintenance, diperlukan untuk mengetahui jumlah maintenance crew. Untuk menentukan umur mesin dan jumlah maintenance crew yang optimal dapat digunakan metode Life Cycle Cost (LCC). Metode ini dihitung dari penjumlahan sustaining cost dan acquisition cost. Selain itu, untuk mengetahui besarnya kerugian atas ketidakandalan mesin dilakukan perhitungan dengan metode Cost of Unreliability (COUR) yang terdiri atas perhitungan failure rate, time lost, dan money lost. Berdasarkan perhitungan LCC, diperoleh total nilai LCC terkecil sebesar Rp1.451.140.737 dengan umur mesin optimal adalah delapan tahun dan jumlah maintenance crew optimal sebanyak tujuh orang. Berdasarkan hasil perhitungan COUR, diperoleh nilai corrective money loss sebesar Rp57.097.869.694 dan downtime money lost senilai Rp60.671.980.382.
Kata Kunci: Downtime, Maintenance Crew, Life Cycle Cost, Sustaining Cost, Acquisition Cost, Cost of Unreliability