PT Dirgantara Indonesia (Indonesian Aerospace, IAe) merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang industri pesawat terbang. Salah satu unit usaha PT. Dirgantara Indonesia adalah Satuan
Usaha Aerostructure. Saat ini, Satuan Usaha Aerostructure sedang menjalani program Paragon pada
proses produksinya. Dalam upaya memenuhi program Paragon, Satuan Usaha Aerostructure dituntut
untuk tidak hanya memperhatikan masalah kualitas dan harga, tetapi juga harus memperhatikan
masalah lead time pengiriman yang tepat waktu sebagaimana tercantum dalam kontrak. Agar dapat
mencapai lead time pengiriman yang tepat waktu maka PT. Dirgantara Indonesia harus memperbaiki
strategi produksi dengan menerapkan sistem yang tepat dalam proses produksinya. Sistem Kanban
merupakan salah satu sistem dalam proses produksi dengan menggunakan alat bantu berupa kartu
Kanban yang digunakan untuk mengontrol proses produksi sehingga dapat memproduksi barang yang
diperlukan sesuai dengan permintaan dan dapat mempersingkat lead time pengiriman barang agar
dapat dikirim tepat waktu.
Beberapa hal yang dilakukan dalam pemecahan masalah di atas secara garis besar terbagi
dalam lima tahap. Tahap pertama, yaitu tahap identifikasi meliputi penentuan masalah dan tujuan
yang ingin dicapai. Tahap kedua, tahap penelitian awal, dimana tahap ini mulai melakukan studi
pustaka dan studi objek penelitian. Tahap ketiga yaitu tahap pengumpulan dan pengolahan data
meliputi pengumpulan data dan pengolahan data-data untuk mendapatkan perencanaan kapasitas
produksi yang kemudian diterapkan dalam aliran proses produksi dengan sistem Kanban. Tahap
selanjutnya adalah menuju ke tahap analisis data yang digunakan sebagai dasar perancangan usulan
perbaikan sistem Kanban. Setelah proses analisis selesai, tahap selanjutnya adalah tahap kesimpulan
dan saran.
Perencanaan kapasitas mesin dilihat dari tingkat utilisasi mesin. Tingkat utilisasi mesin
menunjukkan persentase waktu aktual mesin yang tersedia untuk beroperasi terhadap waktu yang
dibutuhkan mesin untuk beroperasi. Waktu aktual mesin yang tersedia merupakan waktu jumlah jam
kerja mesin berdasarkan shift kerja yang digunakan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan mesin untuk
beroperasi merupakan hasil penjumlahan dari waktu total part-part yang diproses pada mesin tersebut.
Dari 5 mesin yang berbeda-beda spesifikasinya, terdapat 1 mesin, yaitu mesin Millac 6H yang tidak
dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan. Sedangkan 4 mesin lainnya, yaitu mesin DGMP (C,D)
Cincinati, Copy Mill. Liechty TMR 72.77, Drop& Rein, dan Yoneda-1225 TS sudah dapat memenuhi
kebutuhan yang diperlukan dalam proses produksi tiap part. Hasil dari perencanaan kapasitas mesin
ini kemudian diaplikasikan dalam aliran proses produksi dengan sistem Kanban.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian adalah perencanaan kapasitas produksi untuk
menghasilkan part D-Nose yang sesuai dengan permintaan kastemer yaitu dengan menggunakan jam
kerja 1 shift dalam sehari untuk tiap part. Usulan perbaikan jumlah kartu Kanban dirancang
menggunakan sistem double card Kanban dengan jumlah 4 set kartu Kanban pengambilan dan 15
kartu Kanban perintah produksi (1 kartu sebagai Kanban pengaman) untuk setiap part.
capacity planning, machine utilization, Kanban system, double card Kanban,