Penelitian ini dilakukan sebagai keprihatinan terhadap keadaan lalu lintas Kota Bandung yang dari tahun ke tahun semakin padat jumlah kendaraannya khususnya roda dua. Hal tersebut sangat beralasan, sebab bertambahnya jumlah kendaraan tidak disertai dengan tingkat kedisiplinan yang baik dalam mengendarai kendaraan roda dua. Kepemilikan kendaraan roda dua dari sisi sosial budaya masyarakat hanya sebagai cerminan status sosial, sebagai alat transportasi yang murah dan mudah didapatkan, serta tidak terkena dampak macet di perkotaan. Akan tetapi kesadaran untuk tertib berlalu-lintas sangat kurang. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan metode fenomenologi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan atau observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Sementara, teknik analisis data dilakukan dengan tahapan (1) Reading and re-reading; (2) Initialnoting; (3) Developing Emergent themes; (4) Searching for connections across emergent themes (5) Moving the next cases; dan (6) Looking for patterns across cases. Temuan penelitian ini adalah (1) Pengalaman berlalu-lintas di Kota Bandung masih terdapat banyak pelanggaran. Hal tersebut terjadi karena dalam diri pengendara masih terdapat sikap penerabas, hipokrit, ketidakjujuran dan membeo dalam berkendara roda dua. Hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir pelanggaran dalam berkendara roda dua yaitu dengan pemberian sanksi yang tegas, pemberian informasi yang baik tentang berkendara dan sikap proaktif dari petugas yang berwenang (2) Internalisasi disiplin berkendara roda dua di Kota Bandung dapat diwujudkan dengan membangun: (a) Sikap disiplin sebagai pengembangan yang berasal dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak yang dibangun mulai dari ranah keluarga, sekolah, masyarakat dan penegak hukum. (b) Penanaman pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku disiplin berkendara roda dua, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, ketaatan akan aturan. (c) Sikap kelakuan atau perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. Keadaan tersebut dapat terwujud apabila semua sistem yang dibangun sebelumnya ditunjang dengan petunjuk berupa rambu-rambu lalu lintas jelas dan tegas akan sanksi. (3) Model internalisasi disiplin berkendara di Kota Bandung dapat terjadi apabila semua unsur (orang tua, sekolah, lembaga pendidikan keterampilan, kepolisian, dinas perhubungan) bekerjasama untuk melakukan pendidikan disiplin yang terintegrasi.
Kata Kunci: Internalisasi, Disiplin, Lalu Lintas, Kendaraan Roda Dua, dan Tertib.