Buku ini tidak hanya mengisahkan seluruh perjalanan kehidupan Sultan Yogya IX, sejak dilahirkan di Keraton, berjuang pada zaman kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, perang kemerdekaan, orde lama, Orde Baru sampai kemudian dimakamkan diperbukitan Imogiri, pantai Selatan Pulau Jawa. Buku ini memberikan pemahaman, mengapa warga masyarakat Yogyakarta yang selembut kain sutra berubah menjadi sekeras batu karang jika mereka merasa dipaksa dan ditekan. Bgaaiamanpun, kekuasaan tradisional dengan legiitimasi dari falsafah leluhur sarat mistik merupakan sebuah mata air perjuangan yang tidak pernah akan kering dan sekaligus tidak mungkin disurutkan.