Lingkungan ruang rawat yang ideal memiliki peran penting dalam mendukung proses pemulihan pasien, di mana kenyamanan subjektif dan respons fisiologis menjadi indikator kunci kesejahteraan. Faktor-faktor seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan diketahui dapat memengaruhi kondisi psikologis dan fisiologis manusia, termasuk ketegangan otot dan aktivitas jantung. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan berbasis biosinyal untuk memperoleh pengukuran objektif yang dapat melengkapi data persepsi subjektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh berbagai kondisi lingkungan terhadap kenyamanan subjektif dan respons fisiologis manusia melalui akuisisi sinyal surface electromyography (sEMG) dan elektrokardiografi (EKG).
Simulasi dilakukan dalam 18 kondisi berbeda yang merupakan kombinasi dari tiga variabel utama, yaitu status pendingin udara (AC), jenis pencahayaan (lampu mati, nyala, dan tidur), serta tingkat kebisingan (hening, percakapan, dan bunyi peralatan medis). Data subjektif diolah berdasarkan skala penilaian kenyamanan dari 1 (sangat nyaman) hingga 7 (sangat tidak nyaman), sedangkan data objektif dianalisis menggunakan parameter RMS, MDF, HR, dan HRV. Hasil menunjukkan bahwa kondisi dengan AC nyala, lampu tidur, dan suasana hening memberikan tingkat kenyamanan tertinggi serta respons fisiologis yang lebih stabil. Parameter MDF dan HR menunjukkan korelasi signifikan terhadap skor subjektif (? = 0,2142, p = 0,0211) HR menunjukkan korelasi negatif sedang (? = -0,3051, p = 0,0035), sedangkan parameter lain seperti RMS dan HRV menunjukkan hubungan yang lemah dan tidak signifikan. Temuan ini mengindikasikan bahwa MDF dapat digunakan sebagai indikator objektif kenyamanan dan mendukung pengembangan sistem monitoring lingkungan yang adaptif berbasis fisiologi manusia.
Kata Kunci: Kenyamanan Subjektif, Surface Electromyography (sEMG), Elektrokardiografi (EKG), Otot Trapezius, Detak Jantung (HR), Variabilitas Detak Jantung (HRV), Median Frequency (MDF), Root Mean Square (RMS).