Perbedaan persepsi antara Akuntan Praktisi dan Akuntan Akademisi merupakan tantangan yang cukup signifikan dalam perkembangan di bidang akuntansi. Akuntan Praktisi seringkali merasa bahwa penelitian akademik kurang relevan dan tidak memberikan manfaat langsung dalam dunia pekerjaan, sehingga mereka menganggap bahwa hasil penelitian tersebut kurang bernilai untuk praktik profesional. Sebaliknya, Akuntan Akademisi berpendapat bahwa mengintegrasikan hasil penelitian dan isu-isu nyata dari praktik ke dalam kurikulum sangat penting untuk mempersiapkan calon akuntan dalam menghadapi tantangan dunia kerja dan mengatasi stagnasi dalam penelitian pendidikan akuntansi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi Akuntan Praktisi dan Akuntan Akademisi pada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Jawa Barat berdasarkan International Education Standard (IES), serta mengetahui perbedaan urgensi kompetensi antara Akuntan Praktisi dan Akuntan Akademisi. Metode penelitian ini menggunakan uji non-parametrik yang diterapkan sebagai cara lain dari paired sample t-test ketika data tidak memenuhi asumsi distribusi normal yaitu Wilcoxon Signed Rank Test. Teknik yang akan digunakan adalah teknik non-probabilitas sampling dengan Convenience Sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah diperoleh sebanyak 28 Akuntan Akademisi dan 28 Akuntan Praktisi yang terdaftar aktif di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di Jawa Barat. Berdasarkan hasil uji beda menggunakan wilcoxon signed rank test tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam urgensi kompetensi antara Akuntan Praktisi dan Akuntan Akademisi yang terdaftar di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) wilayah Jawa Barat. Hal ini dapat diartikan bahwa kompetensi Akuntan Praktisi dan Akuntan Akademisi sudah mengacu pada standar yang terdapat pada International Education Standard (IES).